Mengalihkan Qiblat ke Ka'bah

_*One day one Shiroh*_ *KISAH RASULULLAH ﷺ* *Bagian 74* بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّ *Mengalihkan Kiblat ke Ka'bah* Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan berkata; " Muhammad !, tentu sudah engkau ketahui bahwa semua nabi dan rasul sebelummu pergi ke Baitul Maqdis." "Di sanalah sebetulnya tempat tinggal mereka. Jika engkau benar-benar seorang rasul, engkau pasti akan pergi ke sana, bukan ?." " Anggap saja Madinah ini sebagai perantara hijrah kamu dan umatmu dari Mekah ke Baitul Maqdis !" Namun, saat itu juga *Rasulullah ﷺ* tahu bahwa mereka berusaha untuk melakukan tipu daya kepada beliau. Apalagi saat itu kiblat shalat kaum Muslimin adalah Baitul Maqdis, bukan ke Ka'bah di Mekah. Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi dipecah bantahkan oleh firman Allah yang memerintahkan Rasulullah dan kaum Muslimin agar menghadap ke arah Ka'bah saat sedang shalat. Saat itu, genap tujuh belas bulan Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman : قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ _" Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang- orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."_ (QS.Al-Baqarah [2]:144) Kaum Muslimin menyambut dengan gembira peralihan arah kiblat ini. Sementara itu, orang-orang Yahudi sangat menyesalkan keputusan ini. Sekali lagi, mereka berusaha melakukan tipu daya dengan mengatakan; " Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu dimana berada kembali mengubah kiblat ke arah Baitul Maqdis !" Dan kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa mereka itu : ۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ _" Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata; Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ?."_ _" Katakanlah: Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus."_ (QS.Al-Baqarah [2]:142) وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ _" Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."_ _" Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia nyiakan keimanan mu."_ _" Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."_ (QS.Al-Baqarah [2]:143) Orang-orang Yahudi mengejek firman Allah di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi di Madinah, kemudian datanglah delegasi Nasrani dari Najran. Mereka mengendarai enam puluh buah kendaraan. Dengan pakaian dari Yaman yang indah, memakai cincin emas dan selendang sutera, orang-orang Nasrani itu langsung menuju ke masjid dan mengerjakan shalat dengan menghadap ke Timur. Beberapa sahabat hendak menegur, tetapi Rasulullah mengisyaratkan agar mereka dibiarkan. Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap Rasulullah ﷺ dan memberi hadiah berupa permadani indah yang bergambar dan beberapa buah tikar dari bulu. Rasulullah menolak permadani bergambar dan menerima tikar dari bulu. Sebenarnya, tujuan dari orang-orang Nasrani ini adalah untuk menambah keributan antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi sehingga orang-orang Nasrani dapat diuntungkan. Begitu bertemu Rasulullah, orang-orang Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka menganggap Nabi Isa adalah anak Allah dan mengapa mereka menyembah tiga tuhan. Satu per satu alasan itu dipatahkan oleh Rasulullah. Bahkan, Rasulullah ﷺ berbalik mengajak mereka untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan menjelaskan kerasulannya. Namun, walau sudah sedemikian jelas Rasulullah menyampaikan kebenaran, para pendeta Nasrani itu terus bersikeras mendustakan beliau. Mereka tetap mengatakan bahwa Nabi Isa adalah putra Allah dan Allah itu hanya salah satu dari tiga tuhan. Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah ﷺ mengajak mereka untuk ber-mubahalah (bersumpah) dengan bersabda; _*" Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita kami dan wanita kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu bersama sungguh-sungguh untuk berdo'a, lalu kita jadikan laknat Allah menimpa kepada siapa di antara kita yang berdusta."*_ Orang-orang Nasrani itu hampir hendak menerima, namun *Al Aqib,* penasihat tertinggi mereka berkata; " Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus dan kamu telah mengetahui itu dengan pasti." " Tidak ada suatu kaum pun yang ber-mubahalah dengan seorang nabi kecuali ia pasti akan hancur binasa." Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk menolak usul Rasulullah. Mereka memilih untuk kembali ke Najran dengan tetap memeluk agama mereka. *Saudara Sepupu* Orang Arab dan Orang Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan merupakan saudara sepupu. Nenek moyang mereka adalah Nabi Ibrahim As. Putra sulung Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ismail As ditempatkan di Mekah dan menjadi leluhur orang Arab. Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu Nabi Ishaq As, menurunkan bangsa Yahudi. *اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً _*Bersambung...*_ In Syaa Allah docopy dari Group Sukapura Tasikmalaya oleh Iman Nurahman Sabtu 21 September 2024 17 Rabiul Awal 1446 H 13:30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kegiatan Rojaban di Mesjid Al-Arif

Seragam Pramuka

Kisah Rasulullaah