Materi Peringatan Isra Mi'raj 27 Rajab 1445 8 Februari 2024
08022024
PERINGATAN ISRA MI’RAJ 1445 H
السلام عليكم ورحمةالله وببركاته.
إِنَّ الـحَمْدَ للهِ ، نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ
قال الله ثعالى فى القران الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 1)
Disalin dari Muhammad Husein
Haikal 1999, 151-160
Isra (tahun 621 M)
Pada masa itulah Isra’ Mi’raj
terjadi. Malam itu Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun
putri Abu Talib yang mendapat panggilan Umm Hani’. Ketika itu Hindun
mengatakan: “Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai salat akhir
malam, ia tidur dan kami pun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah
membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama sama kami, ia berkata:
‘Ummi HannI’, saya sudah salat akhir malam Bersama kamu sekalian seperti yang
kau lihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait’l-Maqdis (Yerusalem) dan bersembahyang
di sana. Sekarang saya sembahyang siang Bersama sama kamu seperti kau lihat.”
Kataku: ‘Rasulullah, janganlah
menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu
lagi’.
‘Tapi harus saya ceritakan kepada
mereka’, jawabnya.
Isra dengan Ruh
atau dengan Jasad
Orang yang mengatakan, bahwa Isra’
dan Mi’raj Muhammad ‘alaihissalam dengan ruh itu berpegang kepada keterangan
Ummi Hani’ ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah: “Jasad
Rasulullah tidak hilang, tetapi Allah menjadikan isra’ itu dengan ruhnya”: Juga
Mu’awiya b. Abi Sufyan Ketika ditanya tentang isra’ Rasu menyatakan: Itu adalah
mimpi yang benar dari Tuhan: “Tidak lain mimpi yang kami perlihatkan kepadamu
adalah sebagai ujian bagi manusia.Sebaliknya orang yang berpendapat, bahwa isra’
dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad, landasannya ialah apa yang pernah
dikatakan oleh Muhammad, bahwa dalam isra’ itu ia berada di pedalaman, seperti
yang disebutkan ceritanya nanti. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh. Di samping
mereka itu ada lagi pendapat bahwa isra’ dan mi’raj itu keduanya dengan jasad. Polemic
sekitar perbedaan pendapat ini di kalangan ahli-ahli ilmu kalam banyak sekali dan
ribuan pula tulisan-tulisan sudah dikemukakan orang. Sekitar arti isra’ ini
kami sendiri sudah mempunyai pendapat yang ingin kami kemukakan juga. Kita belum
mengetahui, sebab adakah orang yang mengemukakannya sebelum kita, atau belum. Tetapi
sebelum pendapat ini kita kemukakan – dan supaya dapat dikemukakan – perlu sekali
kita menyampaikan kisah isra’ dan mi’raj ini seperti yang terdapat dalam buku-buku
sejarah hidup Nabi.
Gambaran
Isra’ dalam Buku-buku Sejarah Hidup Nabi
Dengan indah sekali Dermenghem melukiskan
kisah ini yang disarikannya dari pelbagai buku sejarah hidup Nabi, yang
terjemahannya sebagai berikut:
“Pada tengah malam yang sunyi dan
hening, burung-burung malam pun diam membisu, binatang-binatang buas sudah
berdiam diri, gemercik air dan siulan angin juga sudah tak terdengar lagi, Ketika
itu Muhammad bangunlah!” Dan bila ia bangun, di hadapannya sudah berdiri Malaikat
Jibril dengan wajah yang putih berseri dan berkilauan seperti salju, melepaskan
rambutnya yang pirang terurai, dengan mengenakan pakaian berumbaikan Mutiara dan
emas. Dan dari sekelilingnya sayap sayap yang beraneka warna bergeleparan. Tangannya
memegang seekor hewan yang Ajaib, yaitu buraq yang bersayap seperti sayap
garuda. Hewan itu membungkuk di hadapan Rasul, dan Rasul pun naik.
“Maka meluncurlan buraq itu
seperti anak panah membubung di atas pegunungan Mekah, di atas pasir-pasir sahara
menuju ke arah utara. Dalam perjalanan itu ia ditemani oleh Malaikat. Lalu berhenti
di Gunung Sinai di tempat Tuhan berbicara dengan Musa. Kemudian berhenti lagi
di Bethlehem tempat Isa dilahirkan. Sesudah itu kemudian meluncur ke udara.
“Sementara itu ada suara-suara
misterius mencoba menghentikan Nabi, orang yang begitu ikhlas menjalankan risalahnya.
Ia melihat, bahwa hanya Tuhanlah yang dapat menghentikan hewan itu di mana sana
dikehendaki-Nya.
“Seterusnya mereka sampai ke Bait’l-Maqdis.
Muhammad mengikatkan hewan kendaraannya itu. Di puing-puing kuil Sulaiman ia bersembahyang
bersama-sama Ibrahim, Musa dan Isa. Kemudian dibawakan tangga, yang lalu
dipancangkan di atas batu Ya’qub. Dengan tangga itu Muhammad cepat-cepat naik
ke langit.
“Langit pertama terbuat dari perak murni dengan bintang-bintang yang digantungkan dengan rantai-rantai emas. Tiap langit itu dijaga oleh malaikat, supaya jangan ada setan setan yang bisa naik ke atas atau aka ada jin yang mendengarkan rahasia-rahasia langit. Di langit inilah Muhammad memberi hormat kepada Adam. Di tempat ini pula semua makhluk memuji dan memuja Tuhan. Pada keenam langit berikutnya Muhammad bertemu dengan Nuh, Harun, Musa, Ibrahim, Daud, Sulaeiman, Idris, Yahya dan Isa. Juga di tempat itu ia melihat Malaikat maut Izrail, yang karena besarnya jarak antara kedua matanya adalah sejauh tujuh ribu hari perjalanan. Dan karena kekuasaan-Nya, maka yang berada di bawah perintahnya adalah serratus ribu kelompok. Ia sedang mencatat nama-nam mereka yang lahir dan mereka yang mati, dalam sebuah buku besar. Ia melihat juga Malaikat Air Mata, yang menangis karena dosa dosa orang. Malaikat Dendam dengan berwajah tembaga yang menguasai anasir api dan sedang duduk di atas singgasana dari nyala api. Dan dilihatnya juga ada malaikat yang besar dan luar biasa, separuh dari api dan separuh dari salju, dikelilingi oleh malaikat-malaikat yang merupakan kelompok yang tiada hentinya menyebut-nyebut nama Tuhan: O Tuhan, Engkau telah menyatukan salju dengan api, telah menyatukan semua hambaMu setia menurut ketentuan-Mu.
“Langit ketujuh adalah tempat
orang orang yang adil, dengan malaikat yang lebih besar dari bumi dan seluruhnya.
Ia mempunyai tujuhpuluhribu kepala, tiap kepala tujuh puluh ribu mulut, tiap
mulut tujuh puluh ribu lidah, tiap lidah dapat berbicara dalam tujuh puluh ribu
Bahasa, tiap Bahasa dengan tujuh puluh ribu dialek. Semua itu memuja dan memuji
serta menguduskan Tuhan.
“Sementara ia sedang merenungkan
makhluk-makhluk ajaib itu, tiba-tiba ia membubung lagi sampai Sidrat’l-Muntaha
yang terletak di sebelah kanan ‘Asry, menaungi berjuta -juta ruh malaikat. Sesudah
melangkah, tidak sekejap mata pun ia sudah menyebrangi lauatan-lautan yang begitu
luas dan daerh-daerah cahaya yang terang benderang, lalu bagian yang gelap
gulita disertai berjuta-juta tabir kegelapan, api, air, udara dan angkasa. Tiap
macam dipisahkan oleh jarak 500 tahun perjalanan. Ia melintasi tabir-tabir
keindahan, kesempurnaan, rahasia, keagungan dan kesatuan. Di balik itu terdapat
tujuh puluh ribu kelompok malaikat yang bersujud tidak bergerak dan tidak pula
diperkenankan meninggalkan tempat.
“Kemudian terasa lagi ia
membubung ke atas tempat Yang Maha Tinggi. Terpesona sekali ia. Tiba-tiba bumi dan
langit menjadi satu, hamper-hampir tak dapat lagi ia melihatnya, seolah-olah
sudah hilang tertelan. Keduanya tampak hanya sebesar biji-bijian di tengah-tengah
ladang yang membentang luas.
“Begitu seharusnya manusia itu,
di hadapan Rajas semesta alam.
“Kemudian lagi ia sudah berada di
hadapan “Arsy, sudah dekat sekali. Ia sudah dapat melihat Tuhan dengan persepsinya,
dan melihat segalanya yang tidak dapat dilukiskan dengan lidah, di luar jangkauan
otak manusia akan dapat menangkapnya. Maha Agung Tuhan mengulurkan sebelah
tangan-Nya di dada Muhammad dan sebelah lagi di bahunya. Ketika itu nabi merasakan
kesejukan di tulang punggungnya. Kemudian rasa tenang, damai, lalu fana ke dalam
diri Tuhan yang terasa membawa kenikmatan.
“Sesudah berbicara … Tuhan
memerintahkan hamba-Nya itu supaya setiap muslim setiap hari sembahyang lima puluh
kali. Begitu Muhammad Kembali turun ke langit, ia bertemu dengan Musa. Musa
berkata kepadanya:
“Bagaimana kau harapkan pengikut-pengikutmu
akan dapat melakukan salat lima puluh kali tiap hari? Sebelum engkau aku sudah
punya pengalaman, sudah kucoba terhadap anak-anak Israil sejauh yang dapat kulakukan.
Percayalah dan Kembali kepada Tuhan, minta supaya dikurangi jumlah sembahyang
itu.
“Muhammad pun Kembali. Jumlah
sembahyang juga lalu dikurangi menjadi empat puluh. Tetapi Musa menganggap itu
masih di luar kemampuan orang. Disuruhnya lagi Nabi penggantinya itu berkali-kali
Kembali kepada Tuhan sehingga berakhir dengan ketentuan yang lima kali.
“Sekarang Jibril membawa Nabi mengunjungi
surga yang sudah disediakan sesudah hari kebangkitan, bagi mereka yang teguh iman.
Kemudian Muhammad kembali dengan tangga itu ke bumi. Buraq pun
dilepaskan. Lalu ia Kembali dari Bait’l-Maqdis ke Mekah naik hewan bersayap.”
Cerita Ibn
Hisyam tentang Isra’
Demikian cerita Dermenghem
tentang Isra’ dan Mi’raj. Kita pun dapat melihat, apa yang diceritakannya itu
memang tersebar luas dalam buku-buku sejarah hidup Nabi, sekalipun akan kita
lihat juga bahwa semua itu berbeda-beda. Di sana sini dilebihi dan dikurangi.
Salah satu contoh misalnya cerita
Ibn Hisyam melalui ucapan Nabi ‘alaihissalam sessudah berjumpa dengan Adam di
langit pertama, ketika mengatakan: “Kemudian kulihat orang-orang bermoncong
seperti unta, tangan mereka memegang segumpal api seperti batu-batu, lalu
dilemparkan ke dalam mulut mereka dan ke luar dari dubur. Aku bertanya: “Siapa
mereka itu Jibril?” “Mereka yang memakan harta anak-anak yatim secara tidak
sah”, jawab Jibril. Kemudian kulihat orang-orang dengan perut yang belum pernah
kulihat dengan cara keluarga Fir’aun menyeberangi mereka seperti unta yang kena
penyakit dalam kepalanya, Ketika dibawa ke dalam api. Mereka diinjak-injak tak
dapat beranjak dari tempat mereka. Aku bertanya: “Siapa mereka itu, Jibril?”
“Mereka itu tukang-tukan riba”, jawabnya. Kemudian kulihat orang-orang, di
hadapan mereka ada daging yang gemuk dan baik, di samping ada daging yang buruk
dan busuk. Mereka makan daging yang buruk dan busuk dan meninggalkan yang gemuk
dan baik. Aku bertanya: “Siapakah mereka itu Jibril?” “Mereka orang-orang yang
meninggalkan wanita yang dihalalkan Tuhan dan mencari waniita yang diharamkan”,
jawabnya. Kemudian aku melihat Wanita-wanita yang digantungkan pada buah
dadanya. Lalu aku bertanya: “Siapa mereka itu Jibril?” “Mereka itu wanita yang
memasukkan lak-laki lain bukan dari keluarga mereka…”. Kemudian aku dibawa ke
surga. Di sana kulihat seorang budak perempuan, bibirnya merah. Kutanya dia:
“Kepunyaan siapa engkau?” – Aku tertarik sekali waktu kulihat. “Aku kepunyaan
Zaid ibn Haritha,” jawabnya. Maka Rasulullah s.a.w. lalu memberi selamat kepada
Zaid ibn Haritha.”
Selain dari buku Ibn Hisyam ini,
dalam buku-buku sejarah hidup Nabi yang lain dan dalam buku-buku tafsir orang
akan melihat bermacam-macam hal lagi di samping itu. Sudah menjadi hak setiap
penulis sejarah bila akan bertanya-tanya, sampai dimana benar ketelitian dan
penyelidikan yang mereka adakan dalam hal ini semua; mana yang boleh dijadikan
pegangan (askripsi) sampai kepada Nabi sesuai dengan pegangan yang sahih
(otentik), dan mana pula yang hanya berupa buah khayal orang-orang tasauf dan
sebagainya.
Kalau di sini tidak cukup ruangan
untuk mengadakan ketentuan atau penyelidikan dalam bidang tersebut, dan kalua
bukan pula di sini tempatnya untuk menyatakan apakah isra’ dan mi’raj itu
keduanya dengan jasad, ataukah mi’raj dengan ruh dan isra’ dengan jasad,
ataukah isra’ dan mi’raj itu semuanya dengan ruh – maka sudah tentu bahwa tiap
pendapat itu akan ada dasarnya pada ahli-ahli ilmu kalam dan tak ada salahnya,
kalau atas pendapat-pendapat itu orang menyatakan pendiriannya sendiri, yang
akan berbeda pula satu dari yang lain.
Jadi barangsiapa yang mau
menyatakan pendapatnya, bahwa isra’ dan mi’raj itu keduanya dengan ruh, maka
dasarnya adalah seperti yang kita kemukakan tadi dan sudah berulang-ulang pula
disebutkan dalam Quran dan diucapkan Rasul.
“Sungguh aku ini menusia
seperti kamu juga; hanya aku diberi wahyu. Tetapi Tuhanmu adalah Tuhan Yang
Esa, dan bahwa satu-satunya mukijizat Muhammad ialah Quran dan “Bahwasanya
Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang mempersekutukan-Nya, tetapi Dia
mengampun segala dosa selain (syirik) itu, siapa saja yang dikehendaki-Nya.”
Orang yang berpendapat demikian
ini – sebenarnya melebihi yang lain – ia akan bertanya, apa sebenarnya arti
isra’ dan mi’raj itu. Di sinilah letak pendapat yang ingin kita kemukakan. Kita
belum mengetahui, sudah adakah orang mengemukakan hal ini sebelum kita, atau
belum.
Isra’ dan Wihdat’l-Wujud
Isra’ dan mi’raj ini dalam hidup
kerohanian Muhammad mempunyai arti yang tinggi dan agung sekali, suatu arti
yang lebih besar dari yang biasa mereka lukiskan itu, yang kadang tidak sedikit
dikacau dan dirusak oleh imajinasi ahli-ahli ilmu kalam yang subur itu. Jiwa
yang sungguh kuat itu, tatkala terjadi isra’ dan mi’raj, telah dipersatukan
oleh kesatuan wujud ini, yang sudah sampai pada puncak kesempurnaannya. Pada
saat itu taka da sesuatu tabir ruang dan waktu atau sesuatu yang dapat
menghalangi intelek dan jiwa Muhammad, yang akan membuat penilaian kita tentang
hidup ini menjadi nisbi, terbatas oleh kekuatan-kekuatan kita yang sensasional,
yang dapat diarahkan menurut akal pikiran. Pada saat itu semua batas jadi
hanyut di depan hati nurani Muhammad. Seluruh alam semesta ini sudah bersatu ke
dalam jiwanya, yang lalu disadarinya, sejak dari awal yang azali sampai pada
akhir yang abadi – sejak dunia mulai berkembang sampai ke akhir zaman.
Digambarkannya dalam perkembangan kesunyian dirinya dalam mencapai kesempurnaan
itu, dengan jalan kebaikan dan keindahan dan kebenaran, dalam mengatasi dan
mengalahkan segala kejahatan, kekurangan, keburukan dan kebatilan, dengan
karunia dan ampunan Tuhan juga. Orang tidak akan mencapai keluhuran demikian
itu, kalau tidak dengan suatu kekuatan yang berada di atas kodrat manusia yang
pernah dikenalnya.
Apabila sesudah itu demikian dating orang-orang yang
menjadi pengikut Muhammad yang tidak sanggup mengikuti jejak pikirannya yang
begitu tinggi, dengan kesadaran yang begitu kuat tentang kesatuan alam,
kesempurnaan serta perjuangannya mencapai kesempurnaan itu, maka hal ini tidak
mengherankan dan bukan pula aib tentunya. Orang-orang yang piawai dan jenial
memang betingkat-tingkat. Dalam kita mencapai kebenaran ini pun selalu
terbentur pada batas-batas ini; tenaga kita sudah tidak mampu mengatasinya.
Apabila kita mau menyebutkan
sebagai contoh – dengan sedikit perbedaan tentunya, sehubungan denga napa yang
kita hadapi sekarang ini – cerita orang-orang buta yang ingin mengetahui gajah
itu apa, maka salah seorang dari mereka itu berkata, bahwa gajah itu ialah
seutas tali yang Panjang, sebab kebetulan yang terpegang adalah buntutnya; yang
seorang lagi berkata bahwa gajah itu sebatang pohon, sebab kebetulan yang
dijumpainya adalah kakinya; yang ketiga berkata, bahwa gajah itu runcing
seperti anak panah, sebab kebetulan yang dijumpainya adalah taringnya; yang
keempat berkata, bahwa gajah itu bulat Panjang dan bengkok, banyak
bergerak-gerak sebab kebetulan yang
dipegangnya adalah belalainya.
Contoh ini sebenarnya masih
sejalan dengan gambaran yang terbayang Ketika orang yang tidak buta itu melihat
gajah untuk pertama kalinya. Boleh juga kiranya kita mengambil pebandingan
antara persepsi (kesadaran) Muhammad menangkap esensi kesatuan alam ini serta
penggambarannya ke dalam isra’ dan mi’raj yang berhubungan dengan waktu pertama
sejak sebelum Adam sampai pada akhir hari kebangkitan dan yang akan
menghilangkan pula kesudahan ruang ini, ketika ia melihat dengan mata batin
dari Sidrat’l Muntaha ke alam semesta ini, yang ada sekarang di hadapannya dan
sudah seperti kabut – dengan persepsi (kesadaran) kebanyakan orang yang dapat
menangkap arti isra’ mi’raj itu. Tatkala itu ia berhadapan dengan bagian-bagian
yang tidak termasuk kesatuan alam, sedang hidupnya hanya seperti
partikel-partikel tubuh, bahkan seperti partikel-partikel yang melekat pada
tubuh itu dengaan susunannya yang tidak terpengaruh karenanya. Dari mana pula
partikel-partikel daripada hidup tubuh itu, dari denyutan jantungnya, pancaran
jiwanya, pikirannya yang penuh dengan enersi yang tak kenal batas; sebab, dari
wujud hidup itulah ia berhubungan dengan segala kehidupan ala mini.
Isra’ dengan ruh dalam
pengertiannya adalah seperti isra’ dan mi’raj juga yang semuanya dengan ruh.
Ini adalah begitu luhur, begitu indah dan agung. Ia merupakan suatu gambaran
yang kuat sekali dalam arti kesatuan rohani sejak dari awal yang azali sampai
pada akhir yang abadi. Ini adalah suatu pendakian ke atas gunung Sinai, tatkala
Tuhan bebicara dengan Musa, dan ke Bethlehem, tempat Isa dilahirkan. Pertemuan
rohani demikian ini sudah mengandung selawat bagi Muhammad, Isa, Musa dan
Ibrahim, suatu manifestasi yang kuat sekali dalam arti kesatuan hidup agama
sebagai suatu sendi kesatuan alam dalam edarannya yang terus menerus menuju
kepada kesempurnaan.
Ilmu pengetahuan pada masa kita
sekarang ini mengakui isra’ dengan ruh dan mengakui pula mi’raj dengan ruh. Apabila
tenaga-tenaga yang bersih itu ketemu, maka sinar yang benar pun akan memancar.
Dalam bentuk tertentu sama pula halnya dengan tenaga-tenaga alam ini, yang
telah membukakan jalan kepada Marconi ketika ia menemukan suatu arus listrik
tertentu dari kapalnya yang sedang berlabuh di Venesia. Dengan suatu kekuatan
gelombang eter arus listrik itu telah dapat menerangi kota Sidney di Australia.
Isra’ dan Ilmu Pengetahuan
Modern
Ilmu pengetahuan zaman kita
sekarang ini membenarkan pula teori telepati serta pengetahuan lain yang
bersangkutan dengan itu. Demikian juga transmisi suara di atas gelombang eter
dengan radio, telefotografi (facsimile transmisi) dan teleprinter lainnya,
suatu hal yang tadinya masih dianggap suatu pekerjaan khayal belaka.
Tenaga-tenaga yang masih tersimpan dalam alam semesta ini setiap hari masih
selalu memperlihatkan yang baru kepada alam kita. Apabila sudah mencapai
kekuatan dan kemampuan yang begitu tinggi seperti yang sudah dicapai oleh jiwa
Muhammad itu, lalu Allah memerjalankan dia pada suatu malam dari
Masjidi’l-Haram ke al-Masjdi’l Aqsha, yang di sekelilingnya sudah diberi berkah
guna memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya, maka itu pun oleh ilmu
pengetahuan dapat pula dibenarkan. Arti semua ini ialah pengertian-pengertian
yang begitu kuat dan luhur, begitu indah dan agung, dan telah pula membayangkan
kesatuan rohani dan kesatuan alam semesta ini begitu jelas dan tegas dalam jiwa
Muhammad. Orang akan dapat memahami arti semua ini apabila ia dapat berusaha
menempatkan diri lebih tinggi dari bayangan hidup yang singkat ini. Ia berusaha
mencapa esensi kebenaran tertinggi itu guna memahami kedudukannya yang
sebenarnya dan kedudukan alam ini seluruhnya.
Quraisy Sangsi, Beberapa Orang
Yang Sudah Islam Berbalik
Orang-orang Arab penduduk Mekah tidak
dapat memahami semua pengertian ini. Itulah pula sebabnya, tatkala soal Isra’
itu oleh Muhammad disampaikan kepada mereka, mereka pun lalu menanggapinya dari
bentuk materi – mungkin atau tidaknya isra’ itu. Apa yang dikatakannya itu kemudian
menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya, pada orang-orang yang
tadinya sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan: Masalah ini sudah jelas.
Perjalanan kafilah yang terus menerus pun antara Mekah-Syam memakan waktu sebulan
pergi dan sebulan pulang. Mana bolehjadi Muhammad hanya satu malam saja pergi
pulang ke Mekah?!
Tidak sedikit mereka yang sudah
masuk Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal
ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan
bahan pembicaraan.
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakr.
“Sungguh,” kata mereka. “Dia di masjid
sedang bicara dengan orang banyak.”
“Dan kalaupun itu yang dikatakannya,”
kata Abu Bakr lagi, “tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku,
bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku
percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan.”
Abu Bakr lalu mendatangi Nabi dan
mendengarkan ia melukiskan Bait’l-Maqdis. Abu Bakr sudah pernah berkunjung ke kota
itu.
Selesai Nabi melukiskan keadaan
mesjidnya, Abu Bakr berkata: “Rasulullah, saya percaya.”
Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan “Ash-Shiddik.”
Yang Berpendapat
Isra’ dengan Jasad
Alasan mereka yang berpendapat
bahwa isra’ itu dengan jasad ialah karena Ketika Quraisy mendengar tentang
kejadian Suraqa mereka menanyakannya dan mereka sudah beriman juga menanyakan tentang peristiwa yang luar biasa itu. Mereka
memang belum pernah mendengar hal semacam itu. Lalu diceritakannya tentang adanya
kafilah yang pernah dilaluinya di tengah jalan. Ketika ada seekor unta dari
kafilah tersesat, dialah yang menunjukkan. Pernah ia minum dari sebuah kafilah
lain dan sesuda minum lalu ditutupnya bejana itu. Pihak Quraisy menanyakan hal tersebut.
Kedua kafilah itu pun membenarkan apa
yang telah diceritakan Muhammad itu.
Saya kira, kalau dalam hal ini
orang bertanya kepada mereka yang berpendapat tentang isra’ dengan ruh itu,
tentu mereka tidak akan merasa heran sesudah ternyata ilmu masa kita sekarang
ini dapat mengetahui mungkinnya hyponotisma menceritakan hal-hal yang terjadi
di tempat-tempat yang jauh. Apalagi dengan ruh yang dapat menghimpun kehidupan
rohani dalam seluruh ala mini. Dengan tenaga yang diberikan Tuhan kepadanya ia
dapat mengadakan komunikasi dengan rahasia hidup ini dari awal alam azali
sampai pada akhirnya yang abadi.
Demikian tentang
Isra’ Mi’raj, yang ditulis dalam Buku Sejarah Muhammad karangan Muhammad Husain
Haekal pada cetakan ke-32 tahun 1999.
Selanjutnya di bawah diurai tentang Isra’ Mi’raj menurut KH. Buya Syakur Yasin MA.
Perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam Perspektif Sains dan Al-Qur’an (oleh Buya Syakur)(KH Buya Syakur Yasin MA)
Sunah Waljamaah: Perjalanan
dengan jasad
Bi ‘abdi itu siapa? Nabi Muhammad
atau bukan?
Ayat pertama …
Ayat kedua Musa
Turun pada Tahun kedua setelah
jadi Rasul
Miraj pada tahun ke 11 setelah diutus
jadi nabi
Isra kata orang sebagai mu’jizat
(di luar kebiasaan manusia, ada saksi). Nabi Musa bisa sembuhkan orang ada yang
lihat, nabi Musa belah laut, Nabi Yusuf kata bayi tidak salah.
Nabi Muhammad saat Isra Miraj
tidak ada saksi.
Masjidilharaam kapan konsensusnya? Baru jadi masjid setelah ditaklukan oleh
Umar. Dulu tempat penyembah berhala, masih berbentuk mushola.
Tempat Bekkah perlu dikaji lagi.
Shalat saja berbeda beda,
Shalatna nabi seperti apa?
Pokoknya:
Hadis nabi tentang shalat
Persoalan alam semesta:
1. 1
sampai dengan 2 triliyun galaxy di seluruh alam semesta yang dapat diamati
2. Ada
51 galaxy dalam goup local ada 102 ada 100.000 yang terdapat dalam super gugus
virgo
3. Tahun
1980 linesgroup galaxis menyatakan ada 455 kelompok galaxy dengan 3.933 anggota
galaxy
4. Galaxy
zoo adalah sebuah proyek bertujuan untuk membuat daftar yang lebih lengkap pada
bulan Juli 2007 untuk mengklasifikasi lebih dari 1 juta gambar galaxy slon
digital survey, tetapi itu semuanya tanpa diberi nama, yang jelas masih pada pakai
kode angka angka saja semua itu.
5. Galaxy
yang bisa teramati oleh mata telanjang banyak sekali ada sekitar 17 dimulai
dari galaxy andromeda, galaxy mata hitam, galaxy bode, galaxy katuil, galaxy cerutu,
galaxy komet, kosmos, read het, kemudian objek dsb sampai pada galaxy bimasakti
yang kita miliki.
6. Matahari
yang tatasarya kita ini adalah ada dalam galaxy bimasakti atau de mil kiwey itu
adalah mitos Yunani seorang ratu seorang dewa seorang dewi sedang tertidur Ketika
bangun ada bayi di sampingnya sedang menyusu pada dirinya, ini bayi siapa enak saja?
Dipaksa ditarik dipaksa dilemparkan jatuh ke bumi. Lalu susunya berhamburan dan
bayinya jatuh dan itulah manusia yang pertama turun di dunia, makanya galaxy kita
disebut galaxy de mil kiwey.
7. Letak
galaxi kita di tengah tengah tidak di dekat pusat dan tidak di bagian luar, dan
matahari kit aini bintang sedang, tidak besar juga tidak kecil, cahayanya tidak
terlalu terang dan tidak terlalu redup dan dia punya planet yang mengelilinginya
mercurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, Uranus, neptunus dan pluto. Kalau
bulan itu bukan plenat tapi satelit.
8. Matahari
di tengah tengah galaxy seperti satu titik debu yang sangat kecil sekali, buminya
nggak kelihatan. Oke lah kita mendekat sedikit
sehingga bumi kelihatan satu titik satu butir seujung jarum. Dimana kabah? Di titik
itu. Dimana Madinah? Ya di situ di titik itu. Washington DC dimana? Ya di titik
itu. Moskow dimana? Ya di titik itu. Indonesia? Ya di titik itu. Ada jarak
nggak? Yang ada jarak itu dimana kita berada.
9. Persoalan
waktu,
10. Sejak
kapan waktu itu terlahir?
11. Manusia
dulu tahunya gelap dan terang.
12. Dalam
sejarah Mesir kuno, dengan mamakai tongkat dan bayang bayangnya.
13. Dengan
menggunakan pasir dibalik, sampai jam yang pakai mekanik.
14. Darimana
mereka membuat aturan satu minggu tujuh hari? Kalau di Jawa menghitung satu minggu
lima hari (pon, wage, kliwon, pahing, …), orang China menghitung satu minggu 12 hari, di
Afrika satu minggu empat hari.
15. Di
situlah ada perbedaan kalender masehi dicangkolkannya dengan matahari Namanya syamsiah,
orang Islam menyangkolkannya dengan bulan, namanya qomariah. Maka terjadi perbedaan
hitungan, bisa saja seratus tahun qomariah tapi samsiahnya nggak sama seratus paling
89 karena bedanya adalah sebelah hari setiap tahun.
16. Apakah
betul satu hari itu 24 jam? Tidak tetap ada kurangnya sekian menit, kita 23 jam
56 menit, 4 menit bedannya. Makanya ada tahun kabisat dan sebagainya. Masalah waktu
masalah relative.
17. Waktu
itu ada syarat pertama ada ruangan dan yang kedua ada benda yang bergerak, yang
menjadi patokan yang rutin.
18. Andaikan
matahari hari ini tidak berputar ada besok nggak? Ada kemarin nggak? Nah itulah
nanti sorga itu jadi abadi di sorga
alamnya tidak ada bulan tidak ada matahari dan benda langit yang bergerak, semua
dalam keadaan stabil, makanya ya tidak tua tua.
19. Apakah
waktu kita di bumi ini sama dengan di bulan? Beda. Anak yang lahir di bulan dan
di bumi tidak akan sama umurnya.
20. Ketika
kita ke luar bumi maka kita tidak terikat Batasan waktu yang berlaku di bumi.
21. Ketika
kita bisa berjalan mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan cahaya yang
kecepatannya itu 200.000 km/detik, jika punya kendaraan ini satu detik bisa
keliling dunia 7 kali. Berarti kecepatan cahaya ke luar dari dimensi waktu. Burqa
itu adalah baraqun kilat, jangan jangan itu symbol kendaraan dipakainya dengan
kecepatan cahaya. Tetapi gambar imajiner kuda yang kepalanya perempuan cantik
itu gambar imajiner. Umat Islam jangan bertengkar masalah ini, yang percaya ya
sialakan, yang tidak percaya ya silakan.
Apakah perjalanan jasadi, apakah perjalanan rohani dsb. Ada hal yang perlu
dipercayai ada yang boleh ada yang tidak.
22. Yang
wajib dipercayai adalah 1) nabi melaksanakan isra, nabi melakukan miraj, lalu
apa hasilnya? Hasilnya adalah shalat lima waktu. 2) tetapi lima waktu itu
apakah setelah berganing dengan Tuhan atau setelah dimarah marahi Nabi Musa,
disuruh minta kortingan kepada Tuhan sampai 9 kali itu boleh percaya boleh
tidak, karena tidak jadi murtad kalau orang, mana mungkin nabi ditongor tongor sama
nabi musa, memangnya Allah nggak tahu? Pangkatnya tinggi mana Allah sama Nabi
Musa? Jangan jangan ini hegemoni Israel, yahudi untuk merendahkan umat islam, nabi
saja bisa ditunjuk ditunjuk, nggak akan mampu lu Muhammad, Aku saja paling 50
kali sehari, mana mungkin nabi Muhammad menawar kepada Allah. Nabi Muhammad orang
yang samina waathona gufroona wailaikal masir tidak perna keluh kesah, tidak
pernah nawar. 3) Shalat lima waktu, qiblatnya menghadap kabah, harus wudlu
dulu, terdiri dari dhuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh. Jumlah rakaatnya wajib
dipercayai.
23. Adapun
bertemu dengan nabi nabi, shalat berjamaah, ini dapat kritikan. Di langit ketiga
bertemu dengan Nabi Zakaria. Beliau shalat masjid aqsa dengan para nabi. Ketika
di langit ketiga Jibril ngetok pintu (grendelnya seperti apa)? Siapa kamu?
Jibril. Sama siapa? Ma’al ibni soleh ibni soleh ibni soleh,
24. Ada
satu trend perjalanan langit jadi model sastra….. mencari kekasihnya Pertris di
langit ke tujuh. Sampai cerita flash Gordon.
25. Dalam
kitab bukhari sendiri isra miraj itu adalah hikayat, ya hikayat itu cerita
26. Yang
penting Isra adalah benar, miraj adalah benar hasilnya shalat lima waktu.
27. Nabi
Adam yang penting beliau adalah Nabiyullaah.
Ditulis Oleh Iman Nurahman
Kamis 8 Februari 2024 18:20
Komentar
Posting Komentar